Lima daerah di wilayah Cirebon yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) diwacanakan menj...

Bata Kait GreenTech akan segera produksi di Majalengka

By | 11.09 Leave a Comment
Lima daerah di wilayah Cirebon yakni Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan (Ciayumajakuning) diwacanakan menjadi kawasan metropolis. Konsekuensinya setiap daerah harus mempersiapkan diri agar “metropolis” menjadi bermanfaat bagi warganya.

Mulai dari aspek penataan ruang, peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, regulasi yang berpihak dan lain-lain harus segera dipersiapkan. Persoalan yang muncul ketika sudah menjadi sebuah kota metropolis/modern adalah Perubahan Lingkungan yang didalamnya tentu persoalan sampah dan limbah.


Sebelum terwujudnya Majalengka sebagai kota metropolis, limbah-limbah industri telah menjadi persoalan. Namun sebetulnya limbah tersebut bisa dipakai menjadi bernilai ekonomis dengan menggunakan teknologi tepat guna agar dapat bermanfaat dan tidak lagi menjadi persoalan. Misalnya limbah genteng (genteng Kereweng) dari hasil sortiran di wilayah jatiwangi. Limbah genteng itu biasanya dibuang ditanah-tanah kosong ataupun berserakan di saluran-saluran air yang tentunya akan mengganggu lingkungan. Begitupun limbah pengolahan batu di wilayah sukahaji. Kedua limbah ini sebetulnya bisa dimanfaatkan menjadi bata.
Produk Bata Kait Greentech [Greentech Interlocking Brics]

Sekarang telah hadir Produk Bata Kait Greentech [Greentech Interlocking Brics] adalah material penyusun dinding yang mempunyai pengait untuk mengunci pergerakan akibat gaya. Bata kait ini merupakan pengembangan dari batako dengan menambah lips pada sisi-sisi tertentu sebagai pengunci.

Dalam kegiatan pembangunan Bata kait berbentuk segi empat berbentuk mirip mainan bongkar pasang Lego begitupun cara pemasangannya. Bahan yang digunakan untuk membuat bata kait sangat berlimpah mulai dari pasir, tanah liat, fly ash, lumpur sidoarjo dengan penambahan sedikit semen. Yang lebih menarik, justru bata kait ini bisa dibuat dari bahan limbah yang tidak terpakai, misalnya puing kota; Limbah Bangunan, Limbah Genteng, Limbah Keramik, Limbah Kaca, limbah batu bara, dan limbah sampah anorganik yang sudah diolah, dll.

Bata kait dapat memecahkan beberapa kelemahan yang ada di bata merah, antara lain bata kait ini pembuatannya dilakukan dengan sistem press, tidak melalui sistem pembakaran sehingga sangat ramah lingkungan apalagi bahannya bisa menggunakan limbah. Bata kait ini memiliki kemampuan interlocking dengan menunjukan elemen positif dan negatif dari permukaan bata atas bawah batu bata dapat dipasangkan dan secara otomatis menjadi rata setelah diisi mortar.

Proses pemasanangannya pun sangat hemat tenaga kerja, mortar dan waktu. Selain itu juga, Bata Kait ini mampu tahan terhadap angin dan gempa bumi. Dua lubang bulat pada bata dapat diisi penyangga vertikal dengan besi atau baja dan di cor dengan adukan mortar, yang akan menahan gaya geser pada saat terjadi guncangan. Keunggulan lainnya Bata Kait ini dapat dikerjakan secara langsung di lokasi proyek sehingga dapat menghemat biaya transportasi.

Pemasangan bata kait ini tidak memerlukan proses finishing sehingga hasilnya pemasangan bata kait ini dapat langsung diwarnai/dicat sesuai keingininan karena teksturnya yang sudah halus/rapih. Selain itu pengerjaan pembangunan rumah dengan bata kait ini bisa menghemat Waktu, Tenaga Kerja dan anggaran. Hemat Waktu à Rumah dengan menggunakan Bata kait akan menghemat waktu pengerjaan bangunan karena sistem pemasangan batanya tidak lagi menggunakan adukan tapi dengan sistem susun seperti halnya lego.

Selain itu setelah tersusun maka dinding bangunan tidak perlu di plester. Jika perlu hanya di aci agar lebih halus. Pengerjaan bangunan tipe 36 kurang lebih hanya membutuhkan waktu satu minggu. Berbeda jika menggunaka bata konvensional.
 Hemat Tenaga Kerja à mudahnya sistem pemasangan bata kait membuat pembuatan rumah tidak terlalu memerlukan tenaga kerja yang banyak cukup dengan tenaga kerja 3-5 orang. Hemat anggaran à Jika hemat waktu dan tenaga kerja maka secara otomatis akan mengurangi anggaran pembuatan rumah. Sebenarnya bata kait ini atau biasa disebut

Bata Interlocking Bricks sudah ada di beberapa negara, Amerika, Malaysia, Thailand, India dll. Namun di Indonesia masih belum ada. Produksi Bata Kait Greentech ini berencana akan dikembangkan di Majalengka. Karena dengan perkembangan Majalengka menjadi kota metropolis maka pertambahan penduduk, kebutuhan rumah tinggal akan meningkat. Sementara biaya pembuatan bangunan pun setiap harinya terus mengalami kenaikan. Dari mulai bahan bangunan sampai ongkos tukang.

Saat ini bangunan dinding banyak didominasi memakai bahan bata merah yang dibakar. Prosesnya di ditumpuk memakai adukan, diplester dan dicat. Jika dimusim hujan bata merah akan sulit didapat dan standard kekuatan tekan bata merah sangat bervariasi tergantung pada bahan tanah dan jenis pembakarannya.

Harga bata merah juga semakin meningkat seiring kurangnya bahan baku tanah dan kayu bakar. Dari segi keramahan lingkungan jelas kurang, karena adanya proses pembakaran. Pembuatan bangunan memakai bata merah pun banyak kelemahannya seperti penggunaan mortar yang banyak, proses pemasangan yang lama dan memerlukan tukang yang ahli dan memerlukan finishing untuk menghasilkan tekstur yang halus.  

Konsep Pemberdayaan Masyarakat

Tahun 2016 yang akan datang, Desa-desa di Indonesia akan menerima Dana Desa dari Pemerintah Pusat Rp 1 miliar hingga Rp 1,4 miliar per desa. Namun, “kegalauan” aparat desa akan muncul ketika bagaimana menggunakan anggaran tersebut tepat guna dan tepat sasaran.

Solusinya, Pemanfaatan Dana desa dengan menggunakan teknologi tepat guna yang dapat menghindari dari penggunaan dana yang tidak tepat sasaran. Teknologi tepat guna akan menyesuaikan kebutuhan dan sumber daya yang terdapat di desa agar menghindari dari salah sasaran penggunaan teknologi tepat guna itu sendiri.

 Desa-desa diwilayah Kecamatan Jatiwangi dan Rajagaluh atau Sukahaji dapat memanfaatkan teknologi pembuatan Bata kait ini agar persoalan-persoalan limbah bisa teratasi. Bumdes bisa mengelola produksi Bata Kait ini. Selain teknologi pembuatan Bata kait, kita juga telah menyusun konsep teknologi untuk pengolahan sampah misalnya Incenerator, Biodigester dan Plasma Digester yang bisa digunakan juga dengan mesin Bata kait. Limbah hasil pengolahan sampah anorganik bisa digunakan juga untuk membuat bata kait ini.
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Ayo Komen dan Diskusi