Permasalahan kabut asap, sampai dengan saat ini masih menjadi sorotan publik karena seperti tidak ada perkembangan yang berarti. Bahkan b...

Satu titik api padam, sepuluh titik api kembali menyala & berkobar

By | 00.15 Leave a Comment
 Permasalahan kabut asap, sampai dengan saat ini masih menjadi sorotan publik karena seperti tidak ada perkembangan yang berarti. Bahkan bisa dibilang malah berkembang menjadi makin parah dari hari ke hari.


Hal tersebut adalah tidak lain karena terus bertambahnya titik api kebakaran hutan yang melanda hutan-hutan di Indonesia.

Bencana asap tebal yang menyelimuti sebagian wilayah di Sumatera dan Kalimantan bahkan sekarang bertambah ke wilayah Papua akibat pembakaran hutan, tercatat terburuk sepanjang sejarah. Tahun ini, bencana tersebut lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

 Jumlah titik api yang muncul tiap satu jam sekali jauh lebih sedikit ketimbang sumber daya yang ada untuk memadamkan kebakaran hutan. Lebih-lebih potensi angin kencang cukup tinggi, sedikit angin saja sanggup serta-merta menghidupkan titik api dalam lahan gambut.

Titik Hotspot yang muncul saat ini untuk wilayah Sumatera terdapat 172 titik api di Sumsel, 2 titik api di Sumut, 8 titik api di Jambi, 22 titik api di Kalsel dan 173 titik api di Kalteng. Sementara di Kalimantan Timur ada 119 titik api, Riau ada 1 titik api, Lampung ada 10 titik api, Babel ada 8 titik api.

Untuk daerah bagian Timur, terdapat 52 titik api di Papua, Maluku 63 titik api, Maluku Utara 17 titik api, Nusa Tenggara Barat 25 titik api dan Nusa Tenggara Timur 67 titik api.

Dampak bencana asap ini memunculkan kerugian yang sangat besar. Salah satunya adalah hilangnya mata pencaharian masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Sejumlah jenis pohon hutan tropis terbakar, mengancam habitat flora dan fauna yang langka.

Munculnya bencana asap ini juga telah menghalangi aktivitas warga, termasuk terganggunya penerbangan dan pelayaran akibat jarak pandang yang tidak layak.

Pembakaran hutan ini juga memberi kontribusi yang cukup tinggi dalam pemanasan global dan perubahan iklim di dunia. Kerusakan hutan yang diakibatkan oleh pembakaran hutan, terutama hutan-hutan tropis, memperparah dan mempercepat laju peningkatan suhu bumi akibat pelepasan karbon ke angkasa.

Asap pekat tentunya sangat mengganggu pernapasan manusia. Menurut Menteri Kesehatan Nila F Moeloek sudah ada 10 orang yang meninggal akibat bencana asap. Sementara itu, untuk kasus penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan Achmad Yurianto menjelaskan hingga akhir September ada 272.001 orang terkena ISPA. Dan rata-rata kenaikan kasus berkisar 500 orang per minggu.


Data Kemenkes, akhir September, untuk wilayah Kalimantan Tengah ada 52.213 kasus yang dilaporkan, Riau 65.232 kasus dan Jambi 9.747 kasus. Untuk Sumatera Selatan pencatatan dari Agustus sampai sekarang ada 101.332, Kalimantan Barat 43.477 dan Kalimantan Selatan 97.430.

Kendati banyak kerugian akibat bencana asap ini Pemerintah belum akan menetapkan musibah kebakaran hutan dan lahan di Sumatera serta Kalimantan sebagai bencana nasional, karena ada aspek hukum di bawahnya. Walaupun ada el nino, tapi pemerintah tetap menegaskan ini bukan bencana alam, karena kebakaran hutan ini disebabkan ulah manusia. Jika musibah itu ditetapkan sebagai bencana nasional, maka para pelaku pembakaran memiliki legitimasi untuk terlepas dari jerat hukum. Mereka akan merasa pemerintah telah memaafkan apa yang mereka lakukan.



Hal sama juga diungkapkan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) tidak sepakat kasus pembakaran hutan dan lahan ditetapkan sebagai bencana nasional. Sebab, kasus yang membuat darurat asap itu sebagian besar ulah manusia. Dan mereka lebih sepakat bahwa bencana asap ini terjadi karena kejahatan terencana.

Berdasarkan data kepolisian per 12 Oktober 2015, Polri telah menerima 244 laporan terkait tindak pidana pembakaran hutan dan lahan. Dari laporan itu, sebanyak 26 kasus masih tahap penyelidikan dan 218 kasus lainnya masuk tahap penyidikan. Kemudian, dari 218 penyidikan, terdapat 113 kasus perorangan dan 48 kasus melibatkan korporasi. Selain itu, 57 kasus di antaranya telah dinyatakan lengkap oleh pihak kejaksaan. Menurut Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti menuturkan, saat ini sudah ada 12 perusahaan dan 209 orang yang ditetapkan sebagai tersangka. Dari 12 perusahaan itu, beberapa di antaranya berasal dari Malaysia, Singapura, dan China.

Pemerintah terus berupaya mengatasi kebakaran hutan dan lahan dengan melakukan pemadaman yang dilakukan baik dari darat dan udara. Bahkan Presiden dan beberapa menteri termasuk juga Panglima TNI dan Kapolri telah beberapa kali ke lapangan. Upaya penanganan bencana asap ini terasa lama karena wilayah yang terbakar sangat luas, yakni 1,7 hektar di tengah terjadinya kekeringan el nino, sehingga belum terjadi hujan. Dari 1,7 juta areal terbakar itu, di Pulau Kalimantan 770 ribu ha, 35,9 % di antaranya lahan gambut. Sedangkan di pulau Sumatera, areal terbakar seluas 593 ribu ha, 45,9 % di antaranya lahan gambut. 221.704 ha areal terbakar berada di Provinsi Sumatera Selatan.


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menghabiskan anggaran sekitar 500 Milyar untuk melakukan pemadaman titik-titik hotspot yang muncul. Namun, Karakteristik yang unik dari gambut menyebabkan sulitnya usaha untuk memadamkan api di lahan gambut. Pemerintah telah berupaya membuat kanal bersekat dan di sisi kanan dan kirinya diberi stok air dengan embung.

Selain itu untuk mempercepat pemadaman api, pemerintah telah menerima bantuan pesawat yang berasal dari Malaysia, Singapura, Rusia dan Tiongkok. Pesawat-pesawat itu memiliki kapasitas 12.000-15.000 liter. Keseluruhan telah ada sebanyak 32 pesawat & helikopter yg dikerahkan Pemerintah Indonesia buat mengangkut air pas di atas titik api yg berkobar. Termasuk juga enam pesawat dari Singapura, Malaysia & Australia, dikerahkan utk menunjang 22 ribu personil.

Setelah upaya maksimal dilakukan berbagai pihak, namun titik hotspot yang menimbulkan asap yang tak kunjung hilang, karena satu titik api padam, sepuluh titik api kembali menyala & berkobar dan menimbulkan asap pekat yang mengganggu. 

Mari kita bersama-sama berdoa, semoga Allah Subhanahu Wata’ala segera menurunkan hujan agar saudara-saudara kita di daerah bencana bisa terbebas dari asap yang mengganggu. Amin.


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

0 komentar:

Ayo Komen dan Diskusi